Expectation

June 6, 2019 at 02:19 (Survival) ()

Expectation is a dangerous thing..

There are many words, associated with expectation.. Which most of it didnt end well..

One of them was believed to be said by William Shakespeare, “Expectation is the root of all heartache”. Some also said that it could cause a stress, since stress is somehow sometime being describe as a gap between expectation and the reality.. The more the gap, the more it stresses us.. Today, it consumed me..

Sering saya bercerita, setengah bercanda, dan bahkan juga saya kutip ketika memberikan ucapan terima kasih di persemayaman ayah yang terakhir, bahwa tidak mudah menjadi seorang pemimpin agama seperti ayah saya.. Yet, I never knew cita-cita lain yang ayah miliki sejak muda.. Seorang guru agama, guru injil dan kemudian seorang pendeta sampai dengan akhir hidup beliau..

Pemimpin agama, is a very difficult job, unlike pemimpin lainnya dalam organisasi/perusahaan, seorang pemimpin agama sejatinya tidak memiliki kuasa atas jemaatnya.. Seorang pemimpin agama tidak bisa memecat jemaatnya.. Jemaat tidaklah harus 100% tunduk kepada pemimpin agama, mereka berhak pindah ke jemaat yang lain, area yang lain, gereja yang lain, atau bahkan agama lain, ketika merasa tidak adanya kecocokan dengan pemimpin agamanya saat itu.. Di kalangan kristiani bahkan, tidak jarang banyak yang mendirikan gereja baru, hanya didasarkan ketidakcocokan dengan pemimpin di gereja lama..

Karena itulah, kemampuan memimpin seorang pemimpin agama, ataupun kharisma yang dimiliki, haruslah ada, dan hal tersebut seringkali tidak bisa diajarkan secara akademik.. Not all people are talented to have such leadership or charisma.. Belum lagi, dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin agama akan disorot sedemikian rupa, segala tindak tanduknya, waiting satu kesalahan kecil yang bisa terjadi, ataukah sebaliknya tetap harus berusaha 100% menjadi seorang yang sempurna.. And that is why, kembali saya tekankan, tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin agama..

Cerita tadi, selalu saya lanjutkan, bahwa lebih tidak mudah lagi menjadi anak seorang pemimpin agama.. Almost same story, tapi yang membedakan adalah seorang pemimpin agama memilih untuk menjadi seorang pemimpin agama, seorang anak pemimpin agama tidak bisa memilih menjadi anak siapa..

And that is what happened.. Whole my life, whole 30 years something.. The expectation is too high, harus pinter, harus rajin ke gereja, jangan nakal, jangan bohong, be a good student, jangan ngrokok, jangan mabuk, jangan bolos.. The reason? Not only because apapun yang disebutkan diatas tadi hal-hal yang tidak baik, but more because it will bring shame to the parents, yang notabene pemimpin agama..

Sometime, I’m thinking, that my parents, lebih bisa menerima kelakuan jemaatnya, daripada kelakuan anaknya..

Jemaat ga ke gereja, owh wajar, sibuk.. Jemaat sibuk kerja sekuler ga bisa aktif di gereja, owh wajar melayani tuhan dan sesama dengan cara lain.. Jemaat pindah agama, owh mereka tersesat, tetap harus kita kunjungi.. Jemaat nikah, kemudian cerai, owh wajar, rumah tangga itu susah, jika memang tidak bisa kita bantu, tidak boleh kita musuhi, kita harus bisa mengayomi.. Jemaat berantem dalam rumah tangga, nggebukin istri, owh wajar, harus bersabar, nanti ada jalan keluar.. Jemaat ngrokok, minum alkohol, owh wajar sudah dewasa, gereja tidak perlu mengatur sampai ke situ..

But, if I do that, it will be expected differently..

Ga ke gereja, gimana sih anak pendeta ga ke gereja, malu-maluin bapaknya.. Ga suka pelayanan di gereja, astaga tobat, bukan hanya sekuler saja, kita juga harus melayani tuhan.. Pindah agama, muka bapak mau ditaruh mana? Nikah, mau cerai, itu haraaam, apa-apaan itu, semua yang dipersatukan tuhan ga boleh cerai, nanti mau bilang apa ke jemaat.. Ngrokok, minum alkohol, nanti jadi contoh yang buruk ke jemaat, ga boleh..

Gosh, they accepted their jemaat to do whatever they want, memberikan pembenaran-pembenaran atas dasar kasih, but me myself have to be 100% frickin’ perfect, no exception..

Its too much expectation.. And again, its their choice menjadi pemimpin agama, not mine.. And expectation sucks.. None of them realise that sebagaimana hal apapun, seorang anak pemimpin agama juga tetaplah seorang manusia, yang punya rasa dan pikiran yang berbeda.. Seorang anak pemimpin agama, bukanlah suatu cetakan malaikat yang harus 100% sempurna.. Seorang anak pemimpin agama juga membutuhkan ruang untuk mencari sendiri asa dan cita-cita, tanpa terkungkung orang tua..

Expectation is the root of all heartache.. Sometime it will hurt those who expect.. Sometime it also will hurt those who be expected.. When i failed menjadi seorang anak pemimpin agama yang baik dan benar sesuai Agama, Pancasila, dan UUD 45, it will hurt my dad, my mom, bring shame to his grave, bring sadness to her that could lead more desperate things.. But when i go thru their way and bury all my own wants or wishes, in the midst of fulfilling their expectation, not my own wants, those expectation will kill myself slowly..

Moral story. Dont have kids.. But if you have, dont expect that your kids will be like you.. You may teach them to be like you, good and stuff, but they have their own world.. And if you do have a dispute with your kids, never ever threaten your kids that if your kids dont do as they told, its better for the parents to die rather than live in shame.. Dont, that is not educating, that is psycothic threatening.. On several cases, given that kind of option, kids wont able to choose to do what they want or losing their parents, they would’ve choose to ended their own life instead..

Unfortunately, for those who read this, if you are parents, you will having hard time chewing it.. Your call, not mine.. I’m not a parents, so I cant say I know best.. But I know the feeling of being expected too much by them.. And, if it didnt hurt my parents, it hurt me more..

Leave a comment